Jl. Lintas Liwa Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat

Sunday, April 12, 2015

NIKMATNYA KOPI - KOPI LAMPUNG BARAT

INFO KOPI
Tiga wilayah di Provinsi Lampung merupakan penghasil kopi berkualitas tinggi karena memiliki citarasa khas. "Tiga daerah penghasil kopi kualitas tinggi tersebut adalah Kecamatan Belalau Lampung Barat, Pulau Panggung Tanggamus dan Lubuk Seminung, Lampung Barat," kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, Sutono, di Bandarlampung, Senin.

Ia menyebutkan, hasil uji Puslitkoka, Jember Jawa Timur beberapa bulan lalu, kualitas kopi tiga daerah di Lampung masuk kategori "specialty great coffee" dengan ketentuan nilai 81,38 hingga 79,13 persen.

"Masing-masing daerah ini dalam hasil penelitian tersebut, ternyata memiliki cita rasa yang khas dan berbeda," ujarnya. Menurutnya, kopi dari Belalau memiliki cita rasa 'sweet aroma',
kemudian kopi Pulau Panggung memiliki cita rasa coklat dan Lubuk Seminung bercitarasa pedas.

"Kami mengusulkan untuk produk kopi dari tiga daerah tersebut jangan dicampur dengan kopi lainnya dan segera diberikan hak paten sesuai dengan geografisnya," katanya.

Selain itu, ia juga mengharapkan kopi cita rasa berkualitas tinggi tersebut, memiliki harga primer di pasaran atau seharga 1,5 kali lipat dari harga kopi biasa. Selama ini tambahnya, pengusaha tidak pernah memberi penghargaan yang pantas terhadap hasil produksi kopi di Lampung.
 Sumber 
Lampost.co.

SENTRA KOPI LAMPUNG
LIWA - Produksi kopi robusta di Kabupaten Lampung Barat, Lampung pada tahun ini mencapai 48.000 ton atau hampir sama dibandingkan tahun lalu.
"Kabupaten Lampung Barat merupakan produsen terbesar kopi robusta di Tanah Air, dengan tingkat produktivitas rata-rata 965 kilogram per hektare," kata Kepala Dinas Perkebunan Lampung Barat, Nata Djudin Amran kepada Antara, di Hanakau, Liwa Lampung Barat, Kamis.
Ia mengatakan bahwa saat ini lahan tanaman kopi di Lampung Barat seluas 50.000 hektare dengan sekitar 80 persen penduduk di daerah itu menggantungkan hidup di sektor tersebut.
Menurutnya, luas areal maupun produksi tanaman kopi Lampung Barat masih dapat ditingkatkan dengan melakukan langkah-langkah terpadu salah satunya membuat masterplan khusus tanaman kopi Lampung Barat.
Di sisi lain untuk menghadapi kesulitan fluktuasi harga, dirinya telah memprogramkan diversifikasi usaha, yakni selain tanaman kopi juga ditanam tanaman yang menghasilkan seperti pisang, cengkih, lada, dan yang lainnya.
"Jika harga kopi turun atau tidak musim, maka petani tidak perlu panik untuk membiayai kehidupan sehari-hari karena ada komoditas lain yang bisa dijual," katanya.
Produksi kopi Lampung mencapai 142.000 ton per tahun dengan luas areal tanaman kopi 163.000 hektare dan sekitar 230.000 kepala keluarga menggantungkan hidupnya di sektor tersebut.
Sentra perkebunan kopi daerah itu berasal dari Kabupaten Lampung Barat, Waykanan, Lampung Utara, Tanggamus dan Pesawaran.

PENGOLAHAN KOPI BERKUALITAS

SEKILAS TETANG FILOSOFI KOPI

Secangkir kopi dihasilkan melalui proses yang sangat panjang. Mulai dari teknik budidaya, pengolahan pasca panen hingga ke penyajian akhir. Hanya dari biji kopi berkualitas secangkir kopi bercita rasa tinggi bisa tersaji di meja kita.
Buah kopi yang telah dipanen harus segera diolah untuk mencegah terjadinya reaksi kimia yang bisa menurunkan mutu kopi. Hasil panen disortasi dan dipilah berdasarkan kriteria tertentu, silahkan baca cara memanen buah kopi. Buah kualitas prima bila diolah dengan benar akan menghasilkan biji kopi bermutu tinggi.

Secara umum dikenal dua cara mengolah buah kopi menjadi biji kopi, yakni proses basah dan proses kering. Selain itu ada juga proses semi basah atau semi kering, yang merupakan modifikasi dari kedua proses tersebut. Setiap cara pengolahan mempunyai keunggulan dan kelemahan, baik ditinjau dari mutu biji yang dihasilkan maupun komponen biaya produksi.
Pengolahan dengan proses basah
Biaya produksi proses basah lebih mahal dibanding proses kering. Proses basah sering dipakai untuk mengolah biji kopi arabika. Alasannya, karena kopi jenis ini dihargai cukup tinggi. Sehingga biaya pengolahan yang dikeluarkan masih sebanding dengan harga yang akan diterima. Berikut tahapan untuk mengolah biji kopi dengan proses basah.

a. Sortasi buah kopi
Setelah buah kopi dipanen, segera lakukan sortasi. Pisahkan buah dari kotoran, buah berpenyakit dan buah cacat. Pisahkan pula buah yang berwarna merah dengan buah yang kuning atau hijau. Pemisahan buah yang mulus dan berwarna merah (buah superior) dengan buah inferior berguna untuk membedakan kualitas biji kopi yang dihasilkan.
b. Pengupasan kulit buah
Kupas kulit buah kopi, disarankan dengan bantuan mesin pengupas. Terdapat dua jenis mesin pengupas, yang diputar manual dan bertenaga mesin. Selama pengupasan, alirkan air secara terus menerus kedalam mesin pengupas.
Fungsi pengaliran air untuk melunakkan jaringan kulit buah agar mudah terlepas dari bijinya. Hasil dari proses pengupasan kulit buah adalah biji kopi yang masih memiliki kulit tanduk, atau disebut juga biji kopi HS.
c. Fermentasi biji kopi HS
Lakukan fermentasi terhadap biji kopi yang telah dikupas. Terdapat dua cara, pertama dengan merendam biji kopi dalam air bersih. Kedua, menumpuk biji kopi basah dalam bak semen atau bak kayu, kemudian atasnya ditutup dengan karung goni yang harus selalu dibasahi.
Lama proses fermentasi pada lingkungan tropis berkisar antara 12-36 jam. Proses fermentasi juga bisa diamati dari lapisan lendir yang menyelimuti biji kopi. Apabila lapisan sudah hilang, proses fermentasi bisa dikatakan selesai.
Setelah difermentasi cuci kembali biji kopi dengan air. Bersihkan sisa-sisa lendir dan kulit buah yang masih menempel pada biji.
d. Pengeringan biji kopi HS
Langkah selanjutnya biji kopi HS hasil fermentasi dikeringkan. Proses pengeringan bisa dengan dijemur atau dengan mesin pengering. Untuk penjemuran, tebarkan biji kopi HS di atas lantai jemur secara merata. Ketebalan biji kopi sebaiknya tidak lebih dari 4 cm. Balik biji kopi secara teratur terutama ketika masih dalam keadaan basah.
Lama penjemuran sekitar 2-3 minggu dan akan menghasilkan biji kopi dengan kadar air berkisar 16-17%. Sedangkan kadar air yang diinginkan dalam proses ini adalah 12%. Kadar air tersebut merupakan kadar air kesetimbangan agar biji kopi yang dihasilkan stabil tidak mudah berubah rasa dan tahan serangan jamur.
Untuk mendapatkan kadar air sesuai dengan yang diinginkan lakukan penjemuran lanjutan. Namun langkah ini biasanya agak lama mengingat sebelumnya biji kopi sudah direndam dan difermentasi dalam air.
Biasanya, pengeringan lanjutan dilakukan dengan bantuan mesin pengering hingga kadar air mencapai 12%. Langkah ini akan lebih menghemat waktu dan tenaga.
e. Pengupasan kulit tanduk
Setelah biji kopi HS mencapai kadar air 12%, kupas kulit tanduk yang menyelimuti biji. Pengupasan bisa ditumbuk atau dengan bantuan mesin pengupas (huller). Dianjurkan dengan mesin untuk mengurangi resiko kerusakan biji kopi. Hasil pengupasan pada tahap ini disebut biji kopi beras (green bean).
f. Sortasi akhir biji kopi
Setelah dihasilkan biji kopi beras, lakukan sortasi akhir. Tujuannya untuk memisahkan kotoran dan biji pecah. Selanjutnya, biji kopi dikemas dan disimpan sebelum didistribusikan.
Pengolahan dengan proses kering
Proses kering lebih sering digunakan untuk mengolah biji kopi robusta. Pertimbangannya, karena biji kopi robusta tidak semahal arabika. Peralatan yang diperlukan untuk pengolahan proses kering lebih sederhana dan beban kerja lebih sedikit, sehingga bisa menghemat biaya produksi. Berikut tahapan untuk mengolah biji kopi dengan proses kering.

a. Sortasi buah kopi
Tidak berbeda dengan proses basah, segera lakukan sortasi begitu selesai panen. Pisahkan buah superior dengan buah inferior sebagai penanda kualitas.
b. Pengeringan buah kopi
Jemur buah kopi yang telah disortasi di atas lantai penjemuran secara merata. Ketebalan kopi yang dijemur hendaknya tidak lebih dari 4 cm. Lakukan pembalikan minimal 2 kali dalam satu hari. Proses penjemuran biasanya memerlukan waktu sekitar 2 minggu dan akan menghasilkan buah kopi kering dengan kadar air 15%. Bila kadar air masih tinggi lakukan penjemuran ulang hingga mencapai kadar air yang diinginkan.
c. Pengupasan kulit buah dan kulit tanduk
Buah kopi yang telah dikeringkan siap untuk dikupas kulit buah dan kulit tanduknya. Usahakan kadar air buah kopi berada pada kisaran 15%. Karena, apabila lebih akan sulit dikupas, sedangkan bila kurang beresiko pecah biji.
Pengupasan bisa dilakukan dengan cara ditumbuk atau menggunakan mesin huller. Kelemahan cara ditumbuk adalah prosentase biji pecah tinggi, dengan mesin resiko tersebut lebih rendah.
d. Sortasi dan pengeringan biji kopi
Setelah buah kopi dikupas, lakukan sortasi untuk memisahkan produk yang diinginkan dengan sisa kulit buah, kulit tanduk, biji kopi pecah dan kotoran lainnya. Biji kopi akan stabil bila kadar airnya 12%.
Bila belum mencapai 12% lakukan pengeringan lanjutan. Bisa dengan penjemuran atau dengan bantuan mesin pengering. Apabila kadar air lebih dari angka tersebut, biji kopi akan mudah terserang jamur. Apabila kurang biji kopi mudah menyerap air dari udara yang bisa mengubah aroma dan rasa kopi.
Setelah mencapai kadar air kesetimbangan, biji kopi tersebut sudah bisa dikemas dan disimpan.

Pengemasan dan Penyimpanan
Kemas biji kopi dengan karung yang bersih dan jauhkan dari bau-bauan. Untuk penyimpanan yang lama, tumpuk karung-karung tersebut diatas sebuah palet kayu setebal 10 cm. Berikan jarak antara tumpukan karung dengan dinding gudang.
Kelembaban gudang sebaiknya dikontrol pada kisaran kelembaban (RH) 70%. Penggudangan bertujuan untuk menyimpan biji kopi sebelum didistribusikan kepada pembeli.
Biji kopi yang disimpan harus terhindar dari serangan hama dan penyakit. Jamur merupakan salah satu pemicu utama menurunnya kualitas kopi terlebih untuk daerah tropis.



Share on :

0 komentar:

Post a Comment

Cari Uang Sampingan...

ANDA SUKA

Budidaya Belut