INFO KOPI
Tiga
wilayah di Provinsi Lampung merupakan penghasil kopi berkualitas tinggi karena
memiliki citarasa khas. "Tiga daerah penghasil kopi kualitas tinggi
tersebut adalah Kecamatan Belalau Lampung Barat, Pulau Panggung Tanggamus dan
Lubuk Seminung, Lampung Barat," kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi
Lampung, Sutono, di Bandarlampung, Senin.
Ia menyebutkan, hasil uji Puslitkoka, Jember Jawa Timur beberapa bulan lalu, kualitas kopi tiga daerah di Lampung masuk kategori "specialty great coffee" dengan ketentuan nilai 81,38 hingga 79,13 persen.
"Masing-masing daerah ini dalam hasil penelitian tersebut, ternyata memiliki cita rasa yang khas dan berbeda," ujarnya. Menurutnya, kopi dari Belalau memiliki cita rasa 'sweet aroma',
kemudian kopi Pulau Panggung memiliki cita rasa coklat dan Lubuk Seminung bercitarasa pedas.
"Kami mengusulkan untuk produk kopi dari tiga daerah tersebut jangan dicampur dengan kopi lainnya dan segera diberikan hak paten sesuai dengan geografisnya," katanya.
Selain itu, ia juga mengharapkan kopi cita rasa berkualitas tinggi tersebut, memiliki harga primer di pasaran atau seharga 1,5 kali lipat dari harga kopi biasa. Selama ini tambahnya, pengusaha tidak pernah memberi penghargaan yang pantas terhadap hasil produksi kopi di Lampung.
Sumber Lampost.co.
Ia menyebutkan, hasil uji Puslitkoka, Jember Jawa Timur beberapa bulan lalu, kualitas kopi tiga daerah di Lampung masuk kategori "specialty great coffee" dengan ketentuan nilai 81,38 hingga 79,13 persen.
"Masing-masing daerah ini dalam hasil penelitian tersebut, ternyata memiliki cita rasa yang khas dan berbeda," ujarnya. Menurutnya, kopi dari Belalau memiliki cita rasa 'sweet aroma',
kemudian kopi Pulau Panggung memiliki cita rasa coklat dan Lubuk Seminung bercitarasa pedas.
"Kami mengusulkan untuk produk kopi dari tiga daerah tersebut jangan dicampur dengan kopi lainnya dan segera diberikan hak paten sesuai dengan geografisnya," katanya.
Selain itu, ia juga mengharapkan kopi cita rasa berkualitas tinggi tersebut, memiliki harga primer di pasaran atau seharga 1,5 kali lipat dari harga kopi biasa. Selama ini tambahnya, pengusaha tidak pernah memberi penghargaan yang pantas terhadap hasil produksi kopi di Lampung.
Sumber Lampost.co.
SENTRA KOPI LAMPUNG
LIWA - Produksi kopi robusta di Kabupaten Lampung
Barat, Lampung pada tahun ini mencapai 48.000 ton atau hampir sama dibandingkan
tahun lalu.
"Kabupaten Lampung Barat merupakan produsen
terbesar kopi robusta di Tanah Air, dengan tingkat produktivitas rata-rata 965
kilogram per hektare," kata Kepala Dinas Perkebunan Lampung Barat, Nata
Djudin Amran kepada Antara, di Hanakau, Liwa Lampung Barat, Kamis.
Ia mengatakan bahwa saat ini lahan tanaman kopi di
Lampung Barat seluas 50.000 hektare dengan sekitar 80 persen penduduk di daerah
itu menggantungkan hidup di sektor tersebut.
Menurutnya, luas areal maupun produksi tanaman kopi
Lampung Barat masih dapat ditingkatkan dengan melakukan langkah-langkah terpadu
salah satunya membuat masterplan khusus tanaman kopi Lampung Barat.
Di sisi lain untuk menghadapi kesulitan fluktuasi
harga, dirinya telah memprogramkan diversifikasi usaha, yakni selain tanaman
kopi juga ditanam tanaman yang menghasilkan seperti pisang, cengkih, lada, dan
yang lainnya.
"Jika harga kopi turun atau tidak musim, maka
petani tidak perlu panik untuk membiayai kehidupan sehari-hari karena ada
komoditas lain yang bisa dijual," katanya.
Produksi kopi Lampung mencapai 142.000 ton per tahun
dengan luas areal tanaman kopi 163.000 hektare dan sekitar 230.000 kepala
keluarga menggantungkan hidupnya di sektor tersebut.
Sentra perkebunan kopi daerah itu berasal dari Kabupaten
Lampung Barat, Waykanan, Lampung Utara, Tanggamus dan Pesawaran.
PENGOLAHAN
KOPI BERKUALITAS
SEKILAS
TETANG FILOSOFI KOPI
Secangkir
kopi dihasilkan melalui proses yang sangat panjang. Mulai dari teknik budidaya,
pengolahan pasca panen hingga ke penyajian akhir. Hanya dari biji kopi
berkualitas secangkir kopi bercita rasa tinggi bisa tersaji di meja kita.
Buah
kopi yang telah dipanen harus segera diolah untuk mencegah terjadinya reaksi
kimia yang bisa menurunkan mutu kopi. Hasil panen disortasi dan dipilah
berdasarkan kriteria tertentu, silahkan baca cara memanen buah kopi. Buah kualitas prima bila
diolah dengan benar akan menghasilkan biji kopi bermutu tinggi.
Secara
umum dikenal dua cara mengolah buah kopi menjadi biji kopi, yakni proses basah
dan proses kering. Selain itu ada juga proses semi basah atau semi kering, yang
merupakan modifikasi dari kedua proses tersebut. Setiap cara pengolahan
mempunyai keunggulan dan kelemahan, baik ditinjau dari mutu biji yang
dihasilkan maupun komponen biaya produksi.
Pengolahan
dengan proses basah
Biaya
produksi proses basah lebih mahal dibanding proses kering. Proses basah sering
dipakai untuk mengolah biji kopi arabika. Alasannya, karena kopi jenis ini
dihargai cukup tinggi. Sehingga biaya pengolahan yang dikeluarkan masih
sebanding dengan harga yang akan diterima. Berikut tahapan untuk mengolah biji
kopi dengan proses basah.
a.
Sortasi buah kopi
Setelah
buah kopi dipanen, segera lakukan sortasi. Pisahkan buah dari kotoran, buah
berpenyakit dan buah cacat. Pisahkan pula buah yang berwarna merah dengan buah
yang kuning atau hijau. Pemisahan buah yang mulus dan berwarna merah (buah
superior) dengan buah inferior berguna untuk membedakan kualitas biji kopi yang
dihasilkan.
b.
Pengupasan kulit buah
Kupas
kulit buah kopi, disarankan dengan bantuan mesin pengupas. Terdapat dua jenis
mesin pengupas, yang diputar manual dan bertenaga mesin. Selama pengupasan,
alirkan air secara terus menerus kedalam mesin pengupas.
Fungsi
pengaliran air untuk melunakkan jaringan kulit buah agar mudah terlepas dari
bijinya. Hasil dari proses pengupasan kulit buah adalah biji kopi yang masih
memiliki kulit tanduk, atau disebut juga biji kopi HS.
c.
Fermentasi biji kopi HS
Lakukan
fermentasi terhadap biji kopi yang telah dikupas. Terdapat dua cara, pertama
dengan merendam biji kopi dalam air bersih. Kedua, menumpuk biji kopi basah
dalam bak semen atau bak kayu, kemudian atasnya ditutup dengan karung goni yang
harus selalu dibasahi.
Lama
proses fermentasi pada lingkungan tropis berkisar antara 12-36 jam. Proses
fermentasi juga bisa diamati dari lapisan lendir yang menyelimuti biji kopi.
Apabila lapisan sudah hilang, proses fermentasi bisa dikatakan selesai.
Setelah
difermentasi cuci kembali biji kopi dengan air. Bersihkan sisa-sisa lendir dan
kulit buah yang masih menempel pada biji.
d.
Pengeringan biji kopi HS
Langkah
selanjutnya biji kopi HS hasil fermentasi dikeringkan. Proses pengeringan bisa
dengan dijemur atau dengan mesin pengering. Untuk penjemuran, tebarkan biji
kopi HS di atas lantai jemur secara merata. Ketebalan biji kopi sebaiknya tidak
lebih dari 4 cm. Balik biji kopi secara teratur terutama ketika masih dalam
keadaan basah.
Lama
penjemuran sekitar 2-3 minggu dan akan menghasilkan biji kopi dengan kadar air
berkisar 16-17%. Sedangkan kadar air yang diinginkan dalam proses ini adalah
12%. Kadar air tersebut merupakan kadar air kesetimbangan agar biji kopi yang
dihasilkan stabil tidak mudah berubah rasa dan tahan serangan jamur.
Untuk
mendapatkan kadar air sesuai dengan yang diinginkan lakukan penjemuran
lanjutan. Namun langkah ini biasanya agak lama mengingat sebelumnya biji kopi
sudah direndam dan difermentasi dalam air.
Biasanya,
pengeringan lanjutan dilakukan dengan bantuan mesin pengering hingga kadar air
mencapai 12%. Langkah ini akan lebih menghemat waktu dan tenaga.
e.
Pengupasan kulit tanduk
Setelah
biji kopi HS mencapai kadar air 12%, kupas kulit tanduk yang menyelimuti biji.
Pengupasan bisa ditumbuk atau dengan bantuan mesin pengupas (huller). Dianjurkan dengan mesin untuk mengurangi
resiko kerusakan biji kopi. Hasil pengupasan pada tahap ini disebut biji kopi
beras (green bean).
f.
Sortasi akhir biji kopi
Setelah
dihasilkan biji kopi beras, lakukan sortasi akhir. Tujuannya untuk memisahkan
kotoran dan biji pecah. Selanjutnya, biji kopi dikemas dan disimpan sebelum
didistribusikan.
Pengolahan
dengan proses kering
Proses
kering lebih sering digunakan untuk mengolah biji kopi robusta.
Pertimbangannya, karena biji kopi robusta tidak semahal arabika. Peralatan yang
diperlukan untuk pengolahan proses kering lebih sederhana dan beban kerja lebih
sedikit, sehingga bisa menghemat biaya produksi. Berikut tahapan untuk mengolah
biji kopi dengan proses kering.
a.
Sortasi buah kopi
Tidak
berbeda dengan proses basah, segera lakukan sortasi begitu selesai panen.
Pisahkan buah superior dengan buah inferior sebagai penanda kualitas.
b.
Pengeringan buah kopi
Jemur
buah kopi yang telah disortasi di atas lantai penjemuran secara merata. Ketebalan
kopi yang dijemur hendaknya tidak lebih dari 4 cm. Lakukan pembalikan minimal 2
kali dalam satu hari. Proses penjemuran biasanya memerlukan waktu sekitar 2
minggu dan akan menghasilkan buah kopi kering dengan kadar air 15%. Bila kadar
air masih tinggi lakukan penjemuran ulang hingga mencapai kadar air yang
diinginkan.
c.
Pengupasan kulit buah dan kulit tanduk
Buah
kopi yang telah dikeringkan siap untuk dikupas kulit buah dan kulit tanduknya.
Usahakan kadar air buah kopi berada pada kisaran 15%. Karena, apabila lebih
akan sulit dikupas, sedangkan bila kurang beresiko pecah biji.
Pengupasan
bisa dilakukan dengan cara ditumbuk atau menggunakan mesin huller. Kelemahan
cara ditumbuk adalah prosentase biji pecah tinggi, dengan mesin resiko tersebut
lebih rendah.
d.
Sortasi dan pengeringan biji kopi
Setelah
buah kopi dikupas, lakukan sortasi untuk memisahkan produk yang diinginkan
dengan sisa kulit buah, kulit tanduk, biji kopi pecah dan kotoran lainnya. Biji
kopi akan stabil bila kadar airnya 12%.
Bila
belum mencapai 12% lakukan pengeringan lanjutan. Bisa dengan penjemuran atau
dengan bantuan mesin pengering. Apabila kadar air lebih dari angka tersebut,
biji kopi akan mudah terserang jamur. Apabila kurang biji kopi mudah menyerap
air dari udara yang bisa mengubah aroma dan rasa kopi.
Setelah
mencapai kadar air kesetimbangan, biji kopi tersebut sudah bisa dikemas dan disimpan.
Pengemasan
dan Penyimpanan
Kemas
biji kopi dengan karung yang bersih dan jauhkan dari bau-bauan. Untuk
penyimpanan yang lama, tumpuk karung-karung tersebut diatas sebuah palet kayu
setebal 10 cm. Berikan jarak antara tumpukan karung dengan dinding gudang.
Kelembaban
gudang sebaiknya dikontrol pada kisaran kelembaban (RH) 70%. Penggudangan
bertujuan untuk menyimpan biji kopi sebelum didistribusikan kepada pembeli.
Biji
kopi yang disimpan harus terhindar dari serangan hama dan penyakit. Jamur
merupakan salah satu pemicu utama menurunnya kualitas kopi terlebih untuk
daerah tropis.
0 komentar:
Post a Comment